Buah "Si Malakama" Mengapa Ini Harus Saya Alami
"Kok saya harus mengalami ini, dua pilihan yang sulit untuk saya pilih". --- B (Friend).
Sumber Gambar
Masalah "Buah Si Malakama"
Wednesday, June 5, 2013
Seorang teman yang sudah berumah tangga menceritakan masalah yang sedang dihadapinya dalam mengarungi bahtera rumah tangganya. Ia bercerita bagaimana rumah tangga yang dilaluinya tidak berjalan dengan baik dikarenakan pihak ketiga, yang lebih sulit untuk dihadapi pihak ketiga tersebut adalah keluarganya sendiri.
"Kok saya harus mengalami ini, dua pilihan yang sulit untuk saya pilih", ini buah simalakama. Alih-alih menyelesaikan masalah Dia malah membiarkan masalah menjadi masalah. Walaupun sudah mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut, tampaknya hubungan keluarga menjadikannya sulit untuk mengambil tindakan yang tegas. Selama Ia bercerita tentang masalah yang dihadapinya, Saya mendapatkan beberapa pembelajaran.
Semangat Hidup Membuat Hidup Lebih Hidup
Intropeksi Diri, Mungkin Itulah Gunanya "Cermin Hati".
Terkadang sebagai individu kita tidak pernah memikirkan diri kita sendiri, dan mengabaikan cermin yang dimiliki oleh hati kita dikarenakan sibuk mengurusi banyak hal mulai dari hal sepele sampe hal yang sangat penting. Kita lebih suka memandang apa yang orang lain lakukan kepada diri kita, tapi kita lupa memandang apa yang kita lakukan, sehingga seseorang melakukan hal yang tidak berkenan di hati. Bagaimana kita membawa diri kita dalam lingkungan dan seberapa kenal kita dengan individu-individu yang ada dalam lingkungan kita. Sudah suatu kewajiban untuk mengenali orang-orang yang ada disekitar kita, dan keharusan untuk lebih mengenal diri kita terlebih dahulu. Dengan mengetahui potensi, kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, hidup akan lebih terasa, karena memang manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga Kita memiliki semangat untuk merubah hidup menjadi lebih baik.
Dinamika Kehidupan Menjadikan Hidup Dinamis
Hidup adalah suatu hal yang dinamis, tidak ada yang statik dalam hidup kita, walau kita kadang merasakan hidup kita berhenti, "masa" kita telah berlalu, dan hidup menjadi begitu statitis, tapi selama kita hidup maka Se"Statis" apapun kita merasakan hidup kita sesungguhnya itu adalah dinamika kehidupan yang membuat hidup kita menjadi dinamis, setidaknya itu yang saya dapat dari pengalaman saya saat berbincang dengan seorang teman. Mungkin bukan perbincangan istimewa yang berisi kalimat-kalimat menggunakan bahasa tingkat tinggi, karena memang hanya obrolan antara dua orang biasa.
Seorang teman yang sedang memiliki dilema dalam kehidupannya, yang diharuskan memilih salah satu diantara dua pilihan, bagai buah "Si Malakama", satu pilihan akan berakibat pada pilihan yang tidak dipilih, lebih buruk lagi ini masalah keluarga.
Saat dua rumah tangga tinggal dibawah satu atap adalah hal biasa jika terjadi gesekan. Terkadang gesekan tersebut sangat keras yang mengakibatkan salah satu pihak merasakan tersakiti. Mungkin jika terjadi sekali pihak yang tersakiti dapat menerima rasa sakit tersebut dan menyimpannya dalam-dalam, tapi bagaimana jika hal yang sama terjadi lagi dan lagi, pihak yang tersakiti tentu akan "meronta, berontak" karena sudah terlalu banyak luka yang sudah dipendam. Terlepas dari itu semua sebagai manusia kita memang harus menyadari bahwa hidup ini dinamis maka berubah menjadi pribadi yang lebih baik menjadi hal yang wajib, agar kita tidak tergerus oleh dinamika kehidupan yang dinamis.
Komentar
Posting Komentar